Laman

Rabu, 02 November 2011

Pertanyaan Seputar Jilbab

1.     “Jilbab membatasi gerakanku”
Pastikan kita ingat, bahwa sesungguhnya para sahabat perempuan dapat bergerak dengan bebas dan sempurna. Mereka berperang bersama Rosulullah, merawat tentara yang terluka, melakukan beragam aktivitas dalam kehidupan tanpa penilaian bahwa jilbab mengekang kebebasan mereka.
Jadi, menurut saya persoalan tidak bertumpu pada jilbab.
Coba kita perhatikan saudari-saudari kita yang berjilbab. Banyak dari mereka yang berprofesi sebagai dokter, guru, mahasiswi, bagaimanapun hidup kita mereka sehari-hari dimana tidak ada persoalan saat mereka mengenakan jilbab.
2.    “Saya khawatir kecantikan saya akan hilang saat memakai jilbab”
Saudari-saudariku seimanku, jangan sampai muncul dalam pikiran kita bahwa Islam menghendaki kita untuk memakai pakaian jelek hingga membuat penampilan buruk. Rasulullah selalu tampil bersih dan mengajak menjaga kebersihan. Islam menganjurkan agar seseorang memakai pakaian yang bersih dan rapi.
3.    “Aku masih muda untuk memakai jilbab”
Mungkin sebagian dari kita memandang bahwa gadis lebih baik menutupi kecantikannya daripada perempuan tua. Saya pun tidak ingin menyangkal kalau sebagian dari kita juga masih ada yang meyakini kepercayaan kuno yang memperbolehkan gadis remaja memakai sesuatu yang pantas untuk dirinya dengan alasan ingin menikmati masa mudanya. Sementara jilbab hanya pantas dipakai oleh kaum perempuan dengan usia sudah tidak muda lagi.
Coa kita sejenak melihat di sekitar kita. Sudah berapa banyak gadis remaja yang meninggal tiba-tiba meskipun sebelumnya yakin kalau Malaikat Maut hanya akan mendatanginya setelah ia berusia lanjut.
Sesungguhnya hari-hari terus berlalu hingga akhirnya menghantarkan kita lebih dekat dengan akhirat dan semakin jauh dari dunia.
Apa yang sudah kita persiapkan setelah kematian?
Mari kita menaiki kereta taubat untuk meninggalkan stasiun dunia. Mengapa saya mengatakan “stasiun” dunia? Yaa.. stasiun, dimana dunia hanya tempat singgah sementara sebelum kita benar-benar akan menuju ke kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
“Ingat-ingat kejadian hari ini sebelum esok hari tiba!” (Hassan Syamsi Basya, 2009)

“Di negeri saya, udara terasa panas dan saya tak tahan dengannya. Bagaimana kalau saya memutuskan berjilbab?”
Jika memang demikian keadaan di tempat saudari kita yang satu ini berada sekarang, apakah ia mengetahui bagaimana udara kota Makkah dan Semenanjung Arab sebelum mereka punya pelengkapan untuk menangkal udara panas?
Apakah para muslimah yang dimuliakan Allah itu ragu-ragu memakai jilbab karena alasan udara panas?
Tidak. Biarpun demikian, mereka berkomitmen menjalankan perintah Allah swt sebab cinta dan iman kepadaNya.
Sebaiknya, siapa pun yang masih beranggapan seperti itu hendaknya mengingat bahwa udara panas di tempatnya tidak akan sampai pada derajat panas api neraka Jahanam.
Allah Ta’ala berfirman,
“Katakan, ‘Api neraka Jahanam itu lebih sangat panas(nya),’jikalau mereka mengetahui.” (QS. At Taubah: 81)
4.    “Saya akan memakai jilbab setelah ada seorang lelaki yang cocok datang meminangku”
Siapa pemuda yang cocok dalam pendanganmu saudari-saudariku?
Apakah dia rela orang lain melihat aurat istrinya?
Seorang lelaki datang meminangmu sementara dia senang kalau kamu tak berjilbab.
Apakah kamu membeli surge dengan seorang suami yang tidak taat kepada Allah?
Sementara jika seorang pemuda menjatuhkan pilihannya kepadamu, maka usahakan ada jaminan kalau dia setuju dengan jilbab.
Harus kita ingat bahwa, menikah adalah ibadah kita kepada Allah swt dan sama sekali bukanlah sebuah bentuk kemaksiatan. Pernikahan merupakan anugerah Allah yang diberikan siapa saja yang dikehendakiNya. Berapa banyak perempuan berjilbab yang sudah menikah. Berapa banyak perempuan tak berjilbab yang justru belum menikah.
5.    “Sesungguhnya suami saya (tunangan saya) menolak saya jika berjilbab”
Apakah suami atau tunanganmu  berani menjaminmu masuk surga?
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Taat(lah) kepada seorang muslim atas apa yang dicintai dan dibenci. Kecuali kalau dia menyuruh berbuat maksiat. Jika dia menyuruh berbuat maksiat, jangan dengarkan dan mentaatinya.” (HR. Tirmidzi)
6.    “Saya akan kehilangan pekerjaan kalau saya berjilbab”
Benar, terkadang hal ini terjadi. Tapi, satu hal yang saya dan sebagain dari kita juga. Bahwa masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang jauh lebih baik dan kita masih dapat melaksanakannya dengan tetap mengenakan jilbab yang indah itu.
Jangan lupa juga bahwa jika seandainya kita kehilangan pekerjaan bukan berarti bahwa kita kehilangan rezeki secara mutlak. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wsallam bersabda,
“Barang siapa yang berharap ridha Allah sebab kemarahan manusia, maka Allah mencukupkannya dengan bantuan dari manusia. Barang siapa yang berharap ridha manusia sebab kemarahan Allah, maka dia telah menyerahkan urusannya kepada manusai.” (HR. Tirmidzi)
7.    “Aku takut melepaskan jilbab setelah memakainya”
Na’udzubillahi mindzaliq, jangan sampai kita menuruti ide ini. Jika memang kita ragu-ragu atau urusan dunia masih melekat dalam hati, kita bisa mengenakan jilbab secara bertahap. Yang harus kita selalu ingat adalah betapa pentingnya taat kepada Allah sebelum ajal menjemput.
Jika anugerah Allah datang sebab kita memutuskan berjilbab, maka kita pun harus berusaha untuk selalu mengerjakan amal kebajikan. Seperti menghadiri majlis taklim, membaca Al-Qur’an, memperbanyak doa kepada Allah, menolong orang lain, dan masih banyak lagi.
Kita perlu ingat agi bahwa, sesungguhnya jilbab adalah identitas taubat. Dan Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.
Sepercik doa untuk kita yang (Syukur Alhamdulillah) sudah berjilbab:
“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan kebulatan hati. Kukuhkan hatiku pada agamaMu. Ya Allah, sebagaimana Engkau memberikan hidayah kepadaku saat memakai jilbab, maka bantulah aku terus-menerus memakai jilbab hingga ajal menjemputku.”
8.    “Aku suka mengamalkan ketaatan dan hatiku tenang sebab iman. Kenapa harus berjilbab?!”
Untuk pertanyaan yang satu ini, saya hanya dapat menguarakan kalimat pesan yang sudah saya terima sejak saya terlahir sebagai seorang muslimah,
“Kerjakan perintah Allah&para Rasul-Nya dan jauhi pula semua bentuk laranganNya.”
Dimana jilbab adalah perintah Allah swt.
9.    “Saya kurang yakin dengan jilbab, apakah ia wajib atau sunnah?”
Mungkin lebih baik kalau kita memahami lemahnya keinginan atau ketidakmampuan kita memakai jilbab, sebab dengan demikian kita bisa memohon pertolongan kepada Allah. Usaha ini lebih baik daripada kita ragu-ragu terhadap perintah Allah lantas berkata, “Saya kurang yakin dengan jilbab.”
Kita bukan dibebani keyakinan untuk memahami perintah Allah. Tetapi kita diserukan untuk taat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RosulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)
jangan sampai kita menjadi orang yang “mendengarkan tapi tidak mentaati” (Na’udzubillah hi mindzaliq). Semoga Allah menjauhkan kita dari semua itu.
10.  “Tapi setelah itu, Allah tidak memberikan hidayah kepadaku?”
Kalau menurut saya pribadi, sebaiknya dalam berhijab janganlah kita menunggu hidaya. Apakah ia akan benar-benar datang atau tidak. Allah ingin hidayah menghampiri kita namun disertai dengan kesungguhan komitmen dan keinginan kita pula. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d” 11)
Kita harus berusaha menaggapi ridha Allah. Apakah kita naik kendaraan saat bepergian tanpa mengenal apakah waktu yang diperlukan begitu lama untuk sampai pada suatu kota yang kita tuju.
Sudahkah kita minum obat? Allah adalah Dzat Yang menyembuhkan beberapa faktor yang bisa menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, mari kita ambil beberapa faktor yang mengharuskan kita berjilbab. ^_^
11.   Saya benci jilbab, karena sebagian perempuan yang berjilbab berkelakuan buruk.”
Ini patut disayangkan apabila benar-benar terjadi. La haula wala quwata illa billah.
Ada juga kaum perempuan yang senantiasa mengerjakan shalat lima waktu dan berjilbab tapi mereka gemar berbuat tidak baik.
Semoga kita tidak menjadi bagian dari mereka. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain.”
Tiap-tiap amal yang kita kerjakan akan diperhitungkan, dan bukan amal yang dikerjakan oleh orang lain.
12.   “Sekarang saya telah memakai jilbab.”
Semoga Allah swt memberkati kita. Maka, tugasku selanjutnya adalah memperbaiki pengetahuanku tentang Islam. Berharap dapat menjadi suri tauladan yang baik, walaupun aku tak bebas dari dosa. Dan, inilah motivasiku untuk tak berbuat dosa.
Sesungguhya, aku meyakini bahwa jilbab adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah swt kepadaku. Sungguh rasa syukur ini tak pernah sedikitpun luntur karena atas hidayahnya, aku berjilbab.
Ketika aku berjilbab, maka yang kurasakan aku akan merengkuh pahala kepatuhan dan ketaatan.
Dengan berjilbab, aku dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dengan berjilbab, aku memperoleh lebih banyak kebaikan.
Dengan berjilbab, aku merasa aman dan sangat tenteram.
Dan dengan jilbab ini pula, aku semakin merasa bahagia.
Untuk masalah jilbab, apakah hukumnya wajib atau sunnah? Mari kita simak ayat yang menerangkan hijab ini,
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) tampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka.” (QS. An-Nur: 31)

http://aniehutomo.tumblr.com/post/11950275435/pertanyaan-seputar-jilbab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar